BUMI BULAT ATAU DATAR
Assalamualaikum Wr.Wb
kali ini saya akan membahas tentang bentuk bumi.
Sebenernya materi bentuk bumi merupakan materi IPA kelas 3 SD dan sudah
diketahui oleh manusia sejak 2300 tahun yang lalu. Tapi berhubung
akhir-akhir ini banyak yang mendebatkan, jadi ga ada salahnya kita flashback jauh ke belakang sekaligus mengenang masa kecil kita masing-masing :v
Akhir-akhir ini di berbagai media sosial rame banget dibahas tentang bumi yang berbentuk datar (flat earth).
Ga cuma di Indonesia, di Amerika pun pandangan bumi datar pun sempet
rame dan cukup banyak dipercaya oleh beberapa kalangan. bahkan Guru-guru yang
diharapkan bisa men-counter hal ini ga jarang ikut-ikutan terbawa arus.
Wew sampe segitunya ya? Sebenernya udah banyak artikel kayak gini di
internet tong, yang udah membahas flat earth, tapi ga ada salahnya juga ane
ikut-ikutan bahas.
Sejarah singkat ilmu pengetahuan tentang bumi dan alam semesta
Untuk mengetahui sejarah perjalanan pengetahuan manusia tentang alam
semesta, kita perlu kembali ke ribuan tahun yang lalu, saat awal
peradaban manusia di Bumi. Salah satu hal yang membedakan manusia, Homo Sapiens, dibandingkan spesies lain adalah kemampuan untuk berimajinasi.
Misal kayak gini, kalo spesies-spesies lain ketemu singa, katakanlah
rusa atau kuda, mereka kira-kira bakal berpikir begini "hati-hati,
singa!". Tetapi manusia, berkat imajinasinya, bisa berpikir gini,
"hati-hati, singa itu dewa penjaga hutan ini!". Imajinasi tersebut telah
membantu manusia buat survive dan menjadi spesies paling
berkuasa di muka bumi ini. Kok bisa? berkat imajinasi, manusia juga bisa
membentuk sebuah kelompok, organisasi atau hukum dan peraturan yang ga
mungkin bisa dilakukan oleh spesies lain. Di sisi lain, imajinasi
tersebut juga menciptakan mitos dan kepercayaan terhadap benda atau
fenomena yang ada di dunia ini.
Kalo lo mau cerita lebih lanjut tentang kemampuan imajinasi manusia ini, lo bisa pantengin cerita Glenn tentang Asal-usul Konsep Uang.
Jadi jangan bayangkan apa yang lo pikirkan sekarang tentang matahari,
bulan, bintang atau berbagai hal yang terjadi di dunia ini sama dengan
apa yang orang-orang jaman dulu pikirkan.
Di peradaban Mesir kuno, misalnya langit digambarkan sebagai wanita raksasa, berupa dewi Nut.
Nut merentangkan kaki dan tangan ke 4 penjuru dunia sehingga menutupi
bumi. Setiap pagi Nut melahirkan matahari dan malam harinya dia memakan
kembali matahari. Siklus tersebut berulang setiap hari. Sementara itu, Geb,
dewa bumi, berbaring di bawah langit (Nut). Geb digambarkan sebagai
seorang laki-laki yang berbaring dibawah lengkungan langit Nut. Orang
Mesir memiliki kepercayaan kalau gempa bumi itu disebabkan oleh Geb yang
sedang tertawa. Sedangkan air laut di dunia ini merupakan air mata Nut
ketika dipisahkan oleh Geb.
Terdengar liar banget imajinasinya? Kembali, jangan samakan pengetahuan manusia modern dengan manusia jaman dulu.
Berbeda
dengan peradaban Mesir kuno yang menggambarkan alam semesta sebagai
personifikasi dewa-dewi, di peradaban Babilonia, alam semesta dibagi
menjadi struktur tiga lapis dengan bumi datar yang mengambang di atas
air dan berada di bawah langit. Nah di peradaban Babilonia ini lah ilmu
tentang perbintangan mulai maju, tapi meskipun begitu mereka masih
menganggap benda-benda langit mempunyai kekuatas magis.
Orang-orang membayangkan bentuk tertentu yang dihasilkan dari susunan
bintang, dan menghubungkannya dengan aspek tertentu dari alam atau
mitologi mereka. Orang-orang Babilonia percaya bahwa susunan bintang
tersebut menentukan nasib manusia. Hal ini lah yang sekarang kita sebut
dengan zodiak atau ramalan bintang.
Sedangkan Matahari, Bulan dan planet-planet (saat itu yang
ditemukan Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus) masing-masing
diberi 1 hari sebagai persembahan. Jadilah satu minggu itu isinya 7
hari. Beberapa nama hari masih kita kenali sampai sekarang yaitu Sunday
(matahari), Monday (bulan), Saturday (Saturnus).
Nah, di sini lo bisa lihat bagaimana orang jaman dulu mengambil
kesimpulan, yaitu bukan hanya dari fakta yang mereka lihat, tapi banyak
juga disertai oleh imajinasi-imajinasi. Imajinasi tersebutlah yang
akhirnya melahirkan mitologi-mitologi yang ada di berbagai peradaban.
Meskipun begitu, imajinasi ini sebenernya nggak selalu salah. Kadang,
bisa juga benar. Tapi, imajinasi tersebut harus bisa divalidasi (diuji
kebenarannya). Bagaimana cara memvalidasinya?
Dari Mitologi ke Rasionalitas
Pada awal peradaban Yunani Kuno, banyak juga sebenarnya
pemikir-pemikir yang sudah mulai rasional, tapi masih berkesimpulan
bahwa bumi itu datar. Misalnya, Thales berpendapat bahwa bumi berbentuk datar dan mengambang di air. Bumi ibarat kayu yang mengambang di tengah lautan. Anaximander meyakini bahwa bumi berbentuk silinder pendek dengan permukaan datar dan mengambang di udara. Anaximenes percaya
bahwa benda-benda langit berbentuk datar, dan kemungkinan besar dia
juga berpikir bumi berbentuk datar. Tetapi, yang membedakan argumen para
pemikir di Yunani Kuno dengan sebelum-sebelumnya adalah, mereka sudah
mulai berargumen berdasarkan pengamatan yang mereka lakukan, meskipun
belum sempurna. Dengan kultur semacam itu, lahirlah tokoh seperti Aristoteles.
Apakah Aristoteles yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa bumi
itu bulat masih jadi perdebatan di kalangan sejarawan. Namun pada 340
tahun sebelum masehi, beliau dipercaya menjadi orang pertama yang
menulis pendapat tersebut dalam bukunya On the Heavens. Beberapa argumen yang Aristoteles kemukakan:
- Dia menyadari bahwa gerhana bulan disebabkan oleh Bumi yang berada diantara Bulan dan Matahari. Bayangan Bumi pada permukaan Bulan selalu bundar. Hal ini hanya mungkin bila Bumi bulat. Apabila Bumi datar, maka bayangannya lonjong dan hanya bulat apabila Bulan berada di atas ubun-ubun.
- Dari perjalanan yang pernah dilakukan dilakukan, orang-orang Yunani mengetahui bahwa Bintang Utara tampak lebih rendah di langit bila pengamat berada lebih ke selatan (karena terletak di atas kutub Utara). Bintang Utara berada tepat di atas ubun-ubun seorang pengamat di Kutub Utara, dan di atas horizon bila ia di khatulistiwa). Hal ini hanya mungkin bila Bumi bulat.
- Kapal yang muncul dan tenggelam di horizon (batas terjauh yang bisa teramati). Apabila ada kapal yang berlayar menjauhi kita, maka badan kapal tersebut akan tenggelam terlebih dahulu di horizon. Begitu pula sebaliknya, bagian atas kapal akan terlihat terlebih dahulu di horizon apabila mendekati kita.
Dari bukti-bukti tersebut, Aristoteles menyimpulkan bahwa bentuk bumi
adalah bulat. Gagasan Aristoteles tersebut disepakati oleh
filsuf-filsuf setelahnya seperti Euclid,
Aristarchus, dan Archimedes. Selain itu, Aristoteles juga menduga Bumi
tetap di tempat dan benda-benda langit yang mengelilingi Bumi, namun dia
ga memiliki landasan atas argumen tersebut. Sejak saat itu, bentuk bumi udah jarang menjadi perdebatan lagi di kalangan filsuf Yunani Kuno.
Geosentris vs Heliosentris
Diskusi tentang bentuk bumi di kalangan para filsuf bisa dibilang
udah 'selesai' setelah Aristoteles mengajukan pendapatnya di atas.
Setelah itu, pertanyaan mulai beralih yaitu tentang pusat alam semesta.
Apakah bumi yang menjadi pusat (geosentris)? Dalam arti, bumi adalah pusat semua benda di luar angkasa, dan matahari, bulan, bintang bergerak mengelilingi bumi.
Ketika Bumi dijadikan acuan pengamatan, maka lo akan melihat
pergerakan planet yang meliuk-liuk (retrograde). Sebagai gambarannya
berikut ini pergerakan Matahari, Mars, dan Jupiter apabila diamati dari
Bumi.
Claudius Ptolemeus dari Alexandria mencoba menjelaskan fenomena tersebut sekaligus melengkapi model Aristoteles. Dalam bukunya Almagest,
Ptolemeus mengajukan model Bumi sebagai pusat tata surya seperti model
Aristoteles, namun dengan versi yang lebih kompleks, dengan
memperhitungkan posisi dari matahari, bulan dan planet-planet dari Bumi.
Untuk menjelaskan pergerakan planet yang meliuk-liuk (retrograde)
tersebut, Ptolemeus menambahkan sub-orbit melingkar di dalam sebuah
orbit (epycicle). Dengan model ini, Ptolemeus bisa meramalkan posisi
benda-benda di langit tersebut, tetapi tetap saja, model tersebut masih
terlalu rumit dan ga sepenuhnya akurat. Berikut ini gambaran gerakan
Mars menggunakan model Ptolemeus. (titik P berarti planet dan titik
kuning berarti matahari)
Emangnya
kenapa sih ketika Bumi dijadikan acuan pengamat, jadinya pergerakan
planet meliuk-liuk (retrograde)? Orbit meliuk-liuk(retrograde) tersebut
bisa dijelaskan dengan sederhana apabila bumi dan planet mengelilingi
pusat yang sama (matahari). Karena jarak Bumi dan planet ke matahari
berbeda, maka ketika Bumi udah berevolusi 1 kali, planet yang diamati
belum tuntas berevolusi, apabila jaraknya lebih jauh dari Bumi. Supaya
lebih jelas, lo bisa lihat GIF disamping.
Nah model matahari sebagai pusat tata surya (heliosentris) inilah yang coba diajukan Nicolaus Copernicus dari
Polandia pada abad keenam belas masehi. Copernicus berusaha mendobrak
pengetahuan (bahwa matahari, bintang, bulan mengelilingi bumi) yang udah
bertahan selama kurang lebih 1800 tahun! Gile ga tuh? Walaupun begitu,
Copernicus ga berani terang-terangan bilang tentang model yang dia
ajukan karena dia sendiri adalah seorang pendeta, sedangkan Gereja saat
itu menganut model Ptolomeus-Aristoteles (Bumi sebagai pusat benda-benda
langit).
Copernicus awalnya menyebarkan gagasannya sekitar tahun 1514 dalam sebuah naskah 40 halaman berjudul Commentariolus secara
anonim ke temen-temen deketnya aja. Model Copernicus
langsung membuktikan diri jauh lebih akurat daripada model Ptolomeus dan
segera menyebar di kalangan intelektual Eropa. Di tahun 1543, beberapa
saat sebelum dia meninggal, Copernicus pun berhasil
menyelesaikan naskahnya secara lengkap dengan judul On the Revolutions of the Heavenly Spheres.
Buat perbandingan, sekarang coba lo perhatikan 2 model berikut:
Di Italia, model Copernicus mendapat dukungan dari Galileo Galilei yang
saat itu lagi sibuk mengembangkan teleskop. Dia mengamati benda-benda
langit termasuk planet Jupiter yang dikelilingi oleh beberapa satelit,
dia pun kepikiran, "Hmm Jupiter aja dikelilingi oleh satelit, jadi
ga semua benda langit harus mengelilingi bumi donk? mungkin Bumi ini
aslinya sama dengan Jupiter, dikelilingi satelit juga dan mengorbit pada
pusat yang sama."
Pengembangan teleskop dan serentetan penemuan ini membuat reputasi
Galileo semakin dikenal di kalangan ilmuwan pada masa itu. Namun
demikian, dukungannya terhadap teori Copernicus (bahwa Bumi bukan pusat
Tata Surya) menyebabkan dia berhadapan dengan kalangan gereja yang
menentangnya. Dia pun dituduh 'heretic' atau murtad.
Biasanya, hukuman bagi mereka yang dituduh murtad pada masa itu bisa
sadis banget. Tapi untungnya karena faktor usia dan banyak berjasa,
Galileo akhirnya "cuma" dijatuhi hukuman tahanan rumah dan pengucilan
sampai dengan akhir hidupnya, cukup enteng apabila dibandingkan dengan
isu yang beredar kalo dia dihukum mati. Hukuman lain
terhadapnya cuma suatu permintaan agar dia secara terbuka mencabut
kembali pendapatnya bahwa bumi berputar mengelilingi matahari.
Di saat hampir bersamaan, Gagasan Copernicus tersebut diteliti dan dikembangkan oleh matematikawan Jerman, Johannes Kepler.
Berdasarkan data yang Kepler dapatkan, dia menemukan bahwa pergerakan
planet-planet tidak melingkar sempurna mengelilingi matahari, seperti
yang Copernicus pikir, tetapi berbentuk elips dengan matahari berada di
salah satu fokusnya. Namun Kepler ga ngeh apa yang menyebabkan
planet-planet tersebut tetap dalam orbitnya. Kepler menduga hal itu
karena gaya magnetik, sebelum akhirnya Isaac Newton menjelaskan kalo hal itu disebabkan oleh gravitasi.
Itulah kurang lebih, cerita singkat dari perjalanan peradaban manusia
dalam memahami bentuk dan posisi Planet Bumi ini. Dari Aristoteles 2300
tahun yang lalu, Ptolemeus, Coppernicus, Galileo, Kepler, hingga
Newton... dan jika mau ditelusuri terus akan berlanjut pada ilmuwan
modern seperti Einstein, Sagan, Hawking, dll. Selama ribuan tahun,
setiap gagasan tentang bentuk Planet Bumi dan posisinya telah
dikembangkan dan diuji berkali-kali baik dari pengamatan (empiris)
maupun pendekatan matematika.
Bukti-bukti lain round earth
Selain beberapa bukti / penalaran yang digunakan oleh filsuf dan
ilmuwan di atas, berikut ini beberapa bukti lain yang menunjukan kalo
bumi bulat.
1. Adanya zona waktu
Buat yang suka Liga Champions, lo mesti bangun dini hari pukul 2:30
WIB buat bisa nonton pertandingan di Madrid, Milan, London atau
bagian Eropa lain yang tanding jam 20:00 waktu Eropa. Kok bisa di Eropa
masih jam 8 malem, tapi di Indonesia udah jam setengah tiga pagi?
Rasanya ga perlu gue jelasin kenapa hal tersebut bisa terjadi, lo semua
pasti tau karena perbedaan zona waktu.
Zona waktu terjadi sebagai akibat dari cahaya matahari yang menyinari
bagian bumi. Karena bumi bentuknya bulat, maka matahari ga bisa nih
nyinarin semua permukaan bumi secara bersamaan, mesti gantian.
Akibatnya tiap daerah punya waktu yang berbeda-beda di saat yang
bersamaan. Hal ini cuma bisa dijelaskan apabila bumi berbentuk bulat.
Kalo bumi datar, kita masih bisa melihat matahari meskipun jaraknya jauh.
2. Pengamatan dari luar angkasa
No pic, hoax! Kalo lo orangnya ga percaya sebelum lihat
fotonya, saat ini (sebenernya udah sejak lama) ada beberapa foto yang
diambil dari luar angkasa.
Jika lo pengen melihat citra bumi dari International Space Station
(ISS), termasuk apa yang dibicarain krunya, lo bisa live streaming di
sini! Jika tampilan live straming kosong / layar biru, kemungkinan
terjadi gangguan sinyal, coba lo cek dirrect linknya di sini >> http://www.ustream.tv/channel/live-iss-stream
ISS berada pada ketinggian sekitar 400 km dari permukaan bumi. Dari
ketinggian tersebut, ISS ga bisa merekam gambar bumi secara utuh, tapi
lo bisa lihat dengan jelas lengkungannya. Kalo lo kesulitan buka streaming-nya, lo bisa pantengin aja Instagram @iss
yang suka posting foto dan video bumi, mulai dari foto negara tertentu
sampai video aurora dari atas sana. Jadi iri deh sama astronot. Hehe..
Selain itu lo bisa juga zoom out sampe tampilan bumi utuh atau zoom
in sampai jalan depan rumah lo menggunakan aplikasi google map berikut
3. Kisah penjelajahan manusia
Udah banyak kisah penjelajahan manusia mengelilingi bumi. Kisah yang
disebut-sebut paling berpengaruh terhadap sejarah dunia adalah
penjelajahan Christoper Colombus.
Penjelajahan ini dipicu oleh jatuhnya kota Konstantinopel
oleh Kesultanan Ottoman, jalur perdagangan dari Eropa - Asia ditutup.
Padahal sebelumnya Konstantinopel merupakan salah satu kota yang paling
berpengaruh dan menjadi pusat perdagangan. Karena kesulitan menempuh
perjalanan darat maka perjalanan laut menjadi pilihan para penjelajah
Eropa termasuk Columbus.
Columbus mencoba untuk menemukan rute laut paling singkat dari Eropa
ke Asia. Colombus sendiri sudah tau bahwa Bumi ini bentuknya bulat, tapi
dalam bayangannya waktu itu, bulatnya relatif kecil, ga segede yang
kita ketahui sekarang (keliling katulistiwa 40,075 km). Oleh karena itu,
dia memutuskan ke Asia melalui Samudera Atlantik karena dia pikir rute
ini bakal lebih dekat. Nah Ratu Isabella
yg membiayai perjalanan Colombus waktu itu, ngeyel, dan nyaranin
Colombus ke arah timur. Seperti yang udah lo baca dalam berbagai
informasi sejarah, Colombus akhirnya malah pergi ke barat dan nyampe di
benua Amerika. Karena mengira tiba di Hindia (Asia), mereka menyebut
penduduk Amerika tersebut dengan sebutan "Indian".
Sedangkan orang pertama yang memimpin ekspedisi yang bertujuan mengelilingi bumi adalah Ferdinand Magellan. Penjelajahan ini disebut-sebut sama pentingnya dengan misi pendaratan NASA di bulan.
Saat itu Magellan dan kru-nya yang totalnya 243 orang bertekad
mengelilingi dunia dari Spanyol ke Barat terus sampai akhirnya tiba ke
Spanyol lagi. Dia mulai berlayar ke arah Amerika (menyeberangi Samudera
Atlantik), lalu menyeberangi Samudera Pasifik sampai akhirnya sampai di
Filipina. Dengan perbekalan yang terbatas, banyak awak kapal yang
meninggal karena lapar, sakit, ataupun perang dengan penduduk lokal.
Magellan sendiri tewas di Filipina dan awak kapal yang berhasil hidup
sampai kembali ke Spanyol cuma tersisa 18 orang. Untuk menghargai
jasanya, nama Magellan diabadikan dalam nama 2 galaksi
tetangga Milkyway, Awan Magellan Besar (Large Magellanic Cloud) dan Awan Magellan Kecil (Small Magellanic Cloud).
Penjelajahan lain yang familiar dengan sejarah Indonesia adalah
penjelajahan antara Spanyol dan Portugis. Pada abad ke 15, bangsa Eropa
lagi gencar-gencarnya mencari daerah jajahan baru. Keunggulan dalam
teknologi navigasi dan perkapalan yang dimiliki Portugis dan Spanyol
menimbulkan persaingan dan perselisihan di antara keduanya dalam
memperebutkan wilayah penjelajahan dan perdagangan. Akhirnya pemerintah
Spanyol dan Portugis, dimoderasi oleh Paus, sepakat untuk melakukan
Perjanjian Tordesillas.
Isi dari perjanjian tersebut adalah pembagian arah pelayaran antara
Spanyol dan Portugis yang dibatasi oleh garis yang sekarang kira-kira
garis 46 derajat bujur barat. Dalam perjanjian tersebut, Spanyol
memiliki hak perdagangan dan pelayaran ke arah barat, sementara Portugis
ke arah timur. Pokoknya mereka harus berlayar saling menjauh supaya ga
bersaing satu sama lain.
Kemudian berlayarlah kapal-kapal Spanyol ke Barat, lalu kapal-kapal
Portugis ke arah Timur. Tanpa disangka, mereka akhirnya ketemu di
Kepulauan Maluku! Nah mereka bingung "Loh? lo kok disini?",
lawong yang satu ke timur terus dan yang satu ke barat terus kok
akhirnya ketemu? Jangan-jangan ada salah satu pihak yang melanggar
perjanjian nih! Mereka bersitegang lagi akibat saling menyalahkan dan
menuduh melanggar perjanjian Tordesillas yang sebelumnya telah
disepakati oleh kedua belah pihak. Nah mereka pun hampir gontok-gontokan
lagi dan lagi-lagi Paus menengahi dan membuat kesepakatan baru yang
disebut dengan Perjanjian Saragosa.
Ada yang tau ga kenapa kira-kira Eropa saat itu masih banyak yang
percaya dengan bumi datar? Padahal Aristoteles pada abad ketiga sebelum
masehi udah menjelaskan bahwa Bumi berbentuk bulat.
Dari mana modern flat earth society berasal?
Modern flat earth society ini di mulai dari abad 19 pencetusnya adalah Samuel Birley Rowbotham. Salah satu percobaan yang di lakukan oleh Rowbotham adalah Bedford Level Experiment
di tahun 1838, Bedford adalah nama sebuah sungai di Norfolk Inggris.
Percobaan ini bertujuan untuk membuktikan apakah bumi bener-bener bulat
seperti bola dan untuk menentukan dimana batas jarak lengkungan bumi
(curvature). Di sungai Bedford terdapat saluran air yang panjang panjang
banget dan lurus, tiap 6 mil (9.7 km) terdapat jembatan. Jika
Bumi bulat, maka perahu di salah satu jembatan ga akan terlihat di
jembatan satunya. Berdasarkan para ahli yang mengatakan bahwa total
keliling bumi adalah 25.000 mil, seharusnya dalam jarak 6 mil (9.7 km)
sudah ada lengkungan (curvature).
Robowtham
mencoba melihat kapal setinggi 5 kaki menggunakan teleskop yang
setinggi 8 inch yang ditaruh di atas air sungai Bedford. Setelah kapal
tersebut melewati jarak lebih dari 6 mil (9.7 km), ternyata kapal
tersebut masih bisa terlihat dengan jelas melalui teleskopnya.
Harusnya kalau emang benar bumi itu berbentuk bulat ga mungkin donk
kapal tersebut yang sudah melewati jarak 6 mil masih bisa terlihat
walaupun pakai teleskop karena sudah berada di balik lengkungan
bumi. Robowtham pun menerbitkan buku yang berjudul Zetetic Astronomy: Earth Not a Globe yang
menyatakan Bumi merupakan piringan datar yang berpusat di Kutub Utara
dan dibatasi sepanjang tepi selatannya oleh dinding es, Antartika,
dengan Matahari dan bulan berada 3.000 mil (4.800 km) di atas permukaan
Bumi. Dia juga menerbitkan selebaran berjudul "The inconsistency of Modern Astronomy and its Opposition to the Scriptures!!", yang berpendapat bahwa "Bible,
alongside our senses, supported the idea that the earth was flat and
immovable and this essential truth should not be set aside for a system
based solely on human conjecture".
Tahun 1870, salah seorang pendukung fanatik Flat Earth, John Hampden,
mengadakan taruhan buat siapa aja yang bisa membuktikan bumi bulat
dan mematahkan hasil Bedford Experiment, dengan iming-iming hadiah
$500. Kalo dihitung pake inflation calculator,
maka uang $500 di tahun 1870 setara dengan uang $9457 di tahun 2015.
Uang $9457 kalo dirupiahkan dengan asumsi kurs dollar Rp13.000 jadinya
senilai Rp122.941.000. Banyak juga ya?
Alfred Russel Wallace yang
merupakan penulis buku "The Malay Archipellago" dan kita kenal sebagai
ilmuwan Biologi & eksplorer yang revolusioner sebagai salah satu
penggagas teori evolusi (bersama Charles Darwin) pun tertarik dengan
taruhan tersebut. Jika lo inget pelajaran IPS SD tentang garis Wallace
dan garis Webber, yang dimaksud Wallace adalah Alfred Russel Wallace
ini. Saat itu profesi scientist masih sangat langka, ga seperti
sekarang. Hasil royalti buku Wallace dan penjualan beberapa koleksi
burung tropis dan kupu-kupu yang dia kumpulkan selama petualangannya ga
memberikan pemasukan yang memadai. Berbeda dengan Darwin yang berasal
dari keluarga yang berada, Wallace berasal dari keluarga yang
biasa-biasa aja. Oleh karena itu Wallace memutuskan buat ikutan taruhan
itu karena pikirnya bisa dapet duit secara gampang sekaligus berharap “may stop these foolish people”.
Kekeliruan
dari percobaan Rowbotham tidak menghitung pembiasan cahaya oleh uap air
laut yang pasti terjadi ketika temperatur sangat tinggi. Mengingat
percobaan ini dilakukan saat musim panas, maka penguapan air laut pasti
terjadi, dan akibatnya adalah pembiasan cahaya (pembelokan cahaya) oleh
uap air laut.
Karena Wallace adalah ilmuwan beneran yang tau tentang hal tersebut,
dia memastikan untuk menghindari efek pembiasan cahaya oleh uap air
laut. Maka dia melakukan percobaan yang sama tetapi pada ketinggian
titik pengamatan 4 meter. Hasil dari percobaan ini membuktikan bahwa
bagian bawah kapal menghilang, hasil yang berlawanan dengan yang
diperoleh pada awal eksperimen Rowbotham. Hasil ini diakui oleh juri
yang membuat Wallace memenangkan taruhan ini. Di kemudian hari
eksperimen yang sama telah dilakukan oleh orang lain dan memberikan
hasil sesuai dengan eksperimen Wallace.
Perdebatan masalah flat earth
Konsekuensi dari “teori” flat earth ini menafikan hampir semua ilmu
pengetahuan yang selama ini berlaku, seperti gravitasi, matahari
mengelilingi bumi, terjadinya gerhana, dan berbagai hal lain. Gimana
caranya mengambil kesimpulan dari masalah ini? Dalam artikel zenius
sebelumnya, Fanny udah pernah membahas tentang cara mengambil kesimpulan yang rasional, yang mana apabila terdapat permasalahan, maka kita mesti mengujinya dengan eksperimen atau data.
Kembali ke Alfred Russel Wallace, meskipun dia memenangkan taruhan, tapi hal tersebut sangat disesalinya dan bahkan dia bilang "most regrettable incident in my life".
Kok bisa? Selama puluhan tahun, dia dan keluarganya terus-terusan
mendapat ancaman pembunuhan, permasalahan hukum dan berbagai teror dari
John Hapmden yang fanatik dan tidak bisa menerima kekalahan. Berikut
yang Wallace katakan:
"The next matter was a much more serious one, and cost me fifteen years of continued worry, litigation, and persecution, with the final loss of several hundred pounds. And it was all brought upon me by my own ignorance and my own fault—ignorance of the fact so well shown by the late Professor de Morgan—that "paradoxers," as he termed them, can never be convinced, and my fault in wishing to get money by any kind of wager. It constitutes, therefore, the most regrettable incident in my life."
John Hampden sendiri tetep bersikukuh bahwa bumi berbentuk datar dan
mengabaikan putusan juri yang memenangkan Wallace. Dia, hingga akhir
hayatnya, terus-terusan menerror Wallace. Seperti halnya
Hampden, pendukung flat earth lainnya juga mengabaikan sejarah dan
fakta-fakta yang telah diajukan.
Hingga saat ini, tentu masih banyak banget orang yang masih percaya
dengan bumi datar. Sampai di sini sih gue pribadi menyerahkan pada
keyakinan masing-masing, itu hak mereka. Apakah kita mau terus maju
bersama ilmu pengetahuan yang telah diuji berkali-kali oleh para ilmuwan
dengan bermacam-macam pendekatan, atau mau mundur kembali 2300 tahun?
Satu pelajaran berharga yang bisa dipetik dari Wallace, jangan menghabiskan waktu berdebat dengan fanatik.
Sekian dan Trims
Sekian dan Trims
Tidak ada komentar:
Posting Komentar